Candi Cetho Karanganyar, Romantisme di Atas Ketinggian
C
|
andi Cetho merupakan
salah satu tempat wisata di Kabupaten Karanganyar yang berada tepat di kaki Gunung Lawu. Suasana di Candi Cetho sangat sejuk nan
romantis dipadu dengan pemandangan alam disekitarnya yang sungguh
mempesona membuat setiap orang yang datang akan betah untuk berlama-lama di sana.
Asal Mula Candi Cetho
Berdasarkan beberapa sumber yang saya baca dari
internet maupun di papan informasi tempat wisata tersebut, Candi
Cetho merupakan candi bercorak agama Hindu yang diduga kuat dibangun pada
masa-masa akhir era Majapahit (abad ke-15 Masehi). Lokasi candi ini berada di
lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1496 m diatas permukaan laut, dan secara
administratif berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten
Karanganyar.
Kompleks candi digunakan oleh penduduk
setempat dan juga peziarah yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan. Candi
ini juga merupakan tempat pertapaan bagi kalangan penganut kepercayaan asli
Jawa/Kejawen.
Oke, saya akan menceritakan bagaimana keadaan dan suasana di Candi Cetho dan seperti biasanya, perjalanan akan saya mulai dari Semarang.
The Trip
Dari Semarang saya langsung menuju Solo untuk bertemu dengan seseorang yang nantinya akan
menemani saya untuk menjelajah Candi Cetho. Dari Kota Solo, tentu rute yang kami ambil adalah jalan menuju Kabupaten Karanganyar. Dari Alun-alun Karanganyar jalan lurus terus menuju ke arah Tawangmangu hingga menemukan
pertigaan. Dari tempat kami
berada, pertigaan akan menunjukkan jika belok kanan untuk terus lanjut ke arah
Tawangmangu dan belok kiri untuk ke Candi Cetho. Nah, mulai dari pertigaan tersebut nantinya hanya satu jalan saja. Intinya, kalian tidak akan tersesat karena berdasarkan pengalaman saya, di setiap jalan akan ada penunjuk jalan yang mengarah ke Candi Cetho. Kalian hanya perlu mengikuti petunjuk arah tersebut.
Pada awalnya saya sendiri memang ragu karena tak kunjung sampai dan sempat
beberapa kali bertanya kepada warga sekitar untuk memastikan kebenaran petunjuk
yang telah kami lihat di sepanjang jalan.
Sebelum memasuki wilayah Candi Cetho, kalian akan memasuki kawasan Kebun Teh Kemuning. Saya merasa sangat terpesona dengan hamparan perbukitan yang tidak lain hanya berisi tanaman teh. Di arena Kebun Teh Kemuning tersebut benar-benar sangat luas, bahkan tidak hanya satu petak atau dua petak kebun teh seperti kebun teh lain yang pernah saya datangi sebelumnya. Suasana saat itu sedang hujan rintik yang menambah apik pemandangan hamparan kebun teh dan menyejukkan suasana, serta tidak kalah untuk menambah kesan romantic.
For your more information. Kalian tidak dipungut biaya apapun termasuk parkir
dan serba-serbinya untuk masuk ke kawasan perkebunan teh ini. Kecuali kalau
kalian disana mau memanjakan mata dengan seduhan minuman panas atau sejenisnya, adalah
cerita yang berbeda. Hehe.
See. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. Yang berwarna hijau itu
adalah hamparan kebun teh semuanya. tapi itu hanya sebagian kecil dari perkebunan yang
saya datangi.
perkebunan Teh Kemuning |
Dari Kebun Teh Kemuning ini, saya juga dapat melihat kemegahan Gunung Lawu yang
masih diselimuti dengan kabut mistisnya.
Yap, perjalanan akan saya lanjutkan dengan menyusuri perkebunan teh untuk mencapai ke tujuan awal yaitu Candi Cetho. Oiya, saya menyarankan kepada teman-teman semua yang akan mengunjungi Candi Cetho untuk mengecek kendaraan terlebih dahulu sebelum memulai perjalanan dan benar-benar dipastikan bahwa kendaraan yang teman-teman gunakan ada dalam kondisi yang prima karena jalan yang akan dilalui sangat-sangat ekstream.
Sebelum mencapai Candi Cetho, saya disajikan oleh jalan yang berkelok-kelok dan sangat menanjak dengan kemiringan tanjakannya sekitar 45 derajat. Setelah menanjak di tanjakan yang terakhir di kawasan Candi Cetho, akhirnya sampailah saya di tujuan, yaitu Candi Cetho.
![]() |
Jalan Menanjak Sebelum Candi Cetho |
Nah, untuk tiket masuk Candi Cetho, kami dikenai biaya Rp 7.000,- per orang. Dan setiap
pengunjung wajib mengenakan kain poleng untuk bisa masuk ke arena candi yang
nantinya hanya perlu merogoh kocek seikhlasnya. Oiya, seperti di tempat wisata lainnya, bagi kalian
yang nantinya membawa teman turis mancanegara, maka akan dikenakan tariff yang berbeda loh ya! Tapi
nggak beda jauh banget kok.
![]() |
tangga menuju candi Cetho |
Untuk memasuki wilayah Candi Cetho, ada baiknya untuk teman-teman
lebih jeli membaca tulisan-tulisan di sekitar candi terutama menyangkut dengan peraturan dalam
candi mengingat bahwa Candi Cetho ini merupakan kawasan suci sebagai tempat
untuk beribadah para umat Hindu. Karena ada beberapa pantangan yang tidak diperbolehkan bagi kaum wanita. Menaati peraturan di sekitar tempat wisata yang masih
digunakan untuk beribadah merupakan salah satu bentuk toleransi yang dapat kita lakukan untuk mempererat kesatuan dan persatuan antar umat
beragama.
Setelah dari tiket masuk, kita akan langsung disambut oleh tangga yang menjulang tinggi tapi tak
setinggi langit untuk menjemput
dragonball. hehe. Kita akan sampai di gapura pertama dan di gapura
pertama ini spot fotonya sangat menarik, tidak kalah dengan gapura yang berada di
Bali dengan latar belakang Gunung Agung. Oiya, kalau kalian datang ke Candi Cetho ini pada sore hari, kalian bisa menyaksikan sang surya yang tenggelam tepat di tengah gapura loh! Tapi
syarat dan ketentuan berlaku : tidak mendung dan mataharinya nggak malu-malu
buat ketemu kalian. Hehe.
Dan kemudian perjalanan di Candi Cetho dimulai. Saya akan membagikan foto-foto yang saya
ambil selama berjalan keliling di Candi Cetho agar kalian semua
bisa berimajinasi dan berpendapat sendiri mengenai Candi Cetho.
![]() |
Selama menyusuri Candi Cetho, akan ada satu tempat lagi di sekitar Candi Cetho yang bisa kita kunjungi yaitu Puri Taman Saraswati.
Tempatnya terletak di samping Candi Cetho dan apabila kalian ingin kesana kita harus
menaiki beberapa anak tangga lagi. Untuk kemudian bisa sampai di Puri Taman Saraswati, kita masih dikenai biaya tiket tambahan Rp 3.000,- per orang.
![]() |
Puri Saraswati |
Okay, setelah saya menceritakan bagaimana keadaan di Candi Cetho kemudian
saatnya kita pulang ke rumah masing-masing. Terimakasih sudah membaca. Semoga terinspirasi untuk pergi berkunjung ke sana.
salam wong ndeso!
Comments
Post a Comment